Ternyata
setelah diteliti lebih lanjut minyak goreng dapat menyala pada suhu
tertentu. Hal ini berarti minyak goreng bisa digunakan sebagai bahan
bakar alternative khususnya pengganti solar. Namun jika menggunakan
minyak goreng sebagai bahan baku tentunya harga penjualan biodesel akan
lebih mahal daripada harga solar umumnya dan juga harga minyak goreng
yang dipergunakan lebih mahal dari pada Biodiesel itu sendiri. Berarti
pedagang akan rugi. Jika minyak goreng dapat digunakan sebagai bahan
baku biodesel sangat memungkinkan kalau minyak jelantah juga memiliki
fungsi yang sama. Sebab minyak jelantah merupakan turunan terdekat dan
memiliki sifat yang sama seperti minyak goreng. Tentunya solusi
menjadikan minyak jelantah sebagai Bahan Bakar pengganti minyak solar
akan dapat mengatasi dua masalah sekaligus yakni mengurangi limbah
pencemaran lingkungan dan krisis BBM khususnya solar. Sebab ketersediaan minyak bumi di dunia ini semakin menipis khususnya di Indonesia. Biodiesel adalah
bahan baker alternatife penganti solar. Biodiesel merupakan senyawa
kimia sederhana dengan kandungan enam sampai tujuh macam ester
asam lemak. Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester dengan panjang
rantai karbon antara 12 sampai 20 dari asam lemak turunan dari lipid
contohnya minyak nabati atau lemak hewani. Minyak nabati atau lemak hewani dapat dibuat
biodiesel dengan reaksi transesterifikasi dengan menggunakan alcohol
(methanol).Komposisi dan sifat kimia dari biodiesel tergantung pada
kemurnian, panjang pendek, derajat kejenuhan, dan struktur rantai alkil
asam lemak penyusunnya.
Biodiesel
merupakan bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan (renewable),
dengan komposisi ester asam lemak dari minyak nabati antara lain: minyak
kelapa, minyak jarak pagar,minyak biji kapuk, kelapa sawit (CPO),
minyak bunga matahari, minyak bunga kanola, bijih jarak dan bisa juga
dibuat dari minyak jelantah dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan
Indonesia yang potensial untuk dijadikan biodiesel.
Reaksi Transesterifikasi dengan Katalis
Biodiesel dibuat melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi.
Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang.
Sedangkan sebagai bahan baku
penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis
untuk prosesesterifikasi. Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati
yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku
tersebut.Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati
adalah methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau
butyl, tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alcohol
tersebut. Bila kandungan air tinggi akan mempengaruhi hasil biodiesel
kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB dan trigiserida tinggi.
Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu
operasi proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau kecepatan
pencampuran alkohol. Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya
larut pada saat reaksi berlangsung, umumnya katalis yang digunakan
bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium metoksida. Katalis
yang akan dipilih tergantung minyak nabati yang digunakan, apabila
digunakan minyak mentah dengan kandungan ALB kurang dari 2 %, disamping
terbentuk sabun dan juga gliserin. Katalis tersebut pada umumnya sangat
higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan
oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka
kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah
reaksi selesai, katalis harus di netralkan dengan penambahan asam
mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat
dilakukan dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk
proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan
menghasil pupuk phosphat (K3PO4)
Pembuatan Biodiesel dengan Katalis Biologis
Teknik
katalisasi biologis (biocatalysis) untuk memproduksi biodiesel, oleic
acid alkyl ester (dalam hal ini butil oleat), dari triolein dengan
beberapa macam katalis biologis, yakni Candida Antarctica B,Rizhomucor
Miehei, dan Pseudomonas Cepacia. Karena mahalnya harga katalis biologis
dibandingkan katalis kimiawi, maka penggunaan katalis biologis tersebut
dilakukan dengan cara immobilisasi pada katalis. Teknik ini sekaligus
memungkinkan dilakukannya proses kontinyu dalam produksi biodiesel.
Temperatur optimum reaksi ini adalah 40oC. Selain itu juga
dapat digunakan katalis padat (solid catalyst) dari gula dengan cara
melakukan pirolisis terhadap senyawa gula (D-glucose dan sucrose) pada
temperatur di atas 300oC. Proses ini menyebabkan karbonisasi
tak sempurna terhadap senyawa gula dan terbentuknya lembar-lembar karbon
aromatik polisiklis (polycyclic aromatic carbon sheets). Asam sulfat
(sulphuric acid) kemudian digunakan untuk mensulfonasi cincin aromatik
tersebut sehingga menghasilkan katalis. Katalis padat yang dihasilkan
dengan cara ini disebutkan memiliki kemampuan mengkonversi minyak tumbuhan
menjadi biodiesel lebih tinggi dibandingkan katalis asam sulfat cair
ataupun katalis asam padat lain yang telah ada sebelumnya.
Teori Transesterifikasi
Pembutan
biodesel relatif sederhana dan mudah dikuasai dengan produk berupa
Fatty Acid Metyl Ester (FAME) yang melalui proses Transesterifikasi.
Proses Transesterifikasi adalah proses pertukaran antara gugus alkyl
dari trigliserida dengan gugus alkil dari Methanol (alcohol), sehingga
terbentuk FAME dan gliserin.
CH2 – O – C – R1 CH3 – O – C – R1 CH2 – OH
KOH
CH – O – C – R2+3 CH3OH CH3 – O – C – R2 + CH – OH
Methanol
CH2 – O – C – R3 CH3 – O – C – R3 CH2 – OH
Triglyserida Fatty Acyd Metyl Gliserin
Ester (FAME)
Proses Uji Mutu
Beberapa jenis proses Analisa Uji Mutu dilakukan secara Kimia dan Fisika adalah sebagai berikut:
Proses Uji Mutu secara Kimia
Analisa secara Kimia adalah sebagai berikut:
a Kadar Air
b FFA (Free Faty Acid)
c Rancidity
d Kandungan Logam
Proses Uji Mutu secara Fisika
Analisa secara Fisika adalah sebagai berikut :
a. Analisa Density (Massa Jenis)
b. Analisa Viscosity (Kekentalan)
Proses pembuatan Biodiesel
Proses produksi biodiesel dalam Membuat Biodiesel dan Uji Mutunya adalah sebagai berikut :
1. Menimbang 200 gr minyak goreng dalam becker glass 250 ml pada neraca manual ( TBB ).
2. Mengambil 100 ml methanol dalam gelas ukur 100 ml.
3. Menimbang 2 gr KOH pada kaca arloji menggunakan neraca analitik.
4. Menuangkan methanol dan KOH ke dalam becker glass 250 ml di lemari asam. Mengaduk dengan pengaduk kaca hingga larut.
5. Memasukkan no. 4 ke dalam no. 1, kemudian memasukkan magnetic stirer ke dalamnya.
6. Melakukan pemanasan dan pengadukan pada larutan tersebut pada suhu 60 – 70 C selama 20 menit menggunakan hot and stir plate.
7. Memindahkan ke corong pemisah, dan membiarkan selama 15 menit hingga membentuk dua lapisan.
8. Membuang endapannya dan mengambil lapisan yang jernih, kemudian memindahkan ke dalam becker glass 250 ml.
9. Menambahkan 50 ml aquadest, melakukan pengocokan pelan selama 15 menit., menunggu hingga terbentuk dua lapisan . lakukan 3 kali.
10. Mengambil lapisan yang jernih sebagai produk dan memasukkan ke dalam becker glass 250 ml.
11. Melakukan pemanasan menggunakan oven pada suhu 100 – 110 C selama 1 jam.
12. Menganalisa produk.
Proses Uji Mutu Biodiesel
Analisa secara Kimia
a Kadar Air
Kadar Air = Kehilangan Berat (b) x 100 %
Gram Minyak (a)
Keterangan: a = sebelum di ovben
b = setelah di oven
b FFA (Free Faty Acid)
1) Menimbang sample minyak goring sebanyak 3 gr dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml
2) Menambahkan ethanol 96 % sebanyak 50 ml
3) Memanaskan campuran selama 15 menit
4) Menambahkan 3 tetes indicator PP
5) Menitrasi dengan larutan NaOH 0.001 N yang sudah distandarisasi
6) Mencatat volume NaOH
7) Menghitung Kadar asam lemak bebas
8) Penentuan Asam Lemak Bebas (ALB)
Kadar FFA = N x V x 200 x 100 %
W x 1000
Keterangan: N= Konsentrasi NaOH (N)
V= volume NaOH terpakai (ml)
W= Massa sample minyak goreng bekas
200= Ms.Asam Laurat (C11 H23 COOH)
Standarisasi NaOH:
1) Timbang ........gram asam oksalat dihydrat ke dalam becker PP
2) Tambahkan aquadest 100 ml aduk sampai larut
3) Tambahkan indikator PP 1% 3 tetes
4) Titrasi dengan NaOH hingga berubah warna menjadi merah mudah (V)
Perhitungan:
N NaOH = m gram H2 C2 O4 2 H2 O
V (ml) x 63.035
c Rancidity
d Kandungan Logam
1) 50 ml larutan bila ditambah 1 ml asam asetat 30 % & 1 ml Natrium Sulfida 1 N tetap tak berwarna.
2) 50 ml larutan bila ditambah 1 ml CH3COOH 30 % 0,5 gr Natrium Bikarbonat & 5 tetes Kalium Ferrosianida setelah dibiarkan ½ jam tetap jernih.
3) Bilah
warna dari larutan mengandung 2 diatas,maka 2 gr contoh diabukan &
abu itu di tetesi 5 tetes Asam Klorida di encerkan dg 10 ml air.
Analisa secara Fisika
A. Analisa Density (Massa Jenis )
Proses analisa density (Massa jenis) dalam Membuat Biodiesel dan Uji Mutunya adalah sebagai berikut:
1) Memanaskan produk hingga mencapai suhu ± 40C.
2) Menimbang pikno kosong beserta tutupnya yang telah dioven. (a gram)
3) Memasukkan produk ke dalam pikno hingga penuh, kemudian menutup dan menimbangnya kembali (b gram).
4) Melakukan juga untuk blanko dan menghitung massa jenisnya.
Penentuan Densitas dari Biodiesel
Massa = b gram – a gram
Volume = volume piknometer yang digunakan
ρ = Massa
Volume
B. Analisa Viscosity ( Kekentalan )
Prosedur analisa viscosity (kekentalan) dalam Membuat Biodiesel dan Uji Mutunya adalah sebagai berikut:
1. Memanaskan produk hingga mencapai suhu ± 40 C.
2. Memasukkan produk ke dalam viscometer, mengusahakan agar ketinggiannya tidak sama.
3. Mengatur menggunakan drop pipet hingga produk memenuhi tabung atas, dan menutup salah satu lubang viscometer menggunakan jari telunjuk agar produk tetap di atas.
4. Kemudian
melepaskan jari telunjuk dari lubang tersebut dan mencatat berapa waktu
yang diperlukan produk untuk meninggalkan tabung atas.
5. Melakukan juga untuk blanko dan menghitung viscositynya.
Penentuan Viskositas Biodiesel pada suhu 40 0C
Waktu blanko : t1 = …… s
t2 = ........ s
t3 = ........ s
Rata – rata waktu blanko = ........+ ....... + .......
3
= ....... s
Waktu biodiesel: t1 = …… s
t2 = ........ s
t3 = ........ s
Rata–rata waktu biodiesel = ........+.........+........
3
= ........ s
Viscosity biodiesel = waktu biodiesel x viscosity blanko (diperoleh dari alat
waktu blanko Viscometer)
Analisa secara kimia adalah sebagai berikut :
a. Analisa
kadar air yang bertujuan untuk mengetahui kandungan air yang ada dalam
biodiesel . Semakin tinggi kadar air yang terkandung maka semakin lama
proses penyalaannya. Begitu juga sebaliknya.
b. Analisa
FFA yang bertujuan untuk menentukan bilangan asam yang terkandung dalam
biodiesel analisa ini dilakukan sebelum melakukan proses pembuatan
Biodiesel karena yang dianalysa adalah bahan baku pembuatan biodiesel.
c. Analisa rancidity untuk mengetahui zat peroksida penyebab kanker dan keracunan .
d. Analisa logam-logam berbahaya untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan logam-logam yang berbahaya dalam biodiesel
Dalam
Pembuatan Boidiesel apabila kadar FFA atau Asam Lemak Bebas (ALB)
terlalu tinggi hingga mencapai 2% maka perlu dilakukan proses
Esterifikasi.
Proses Esterifikasi
1) Menimbang H2 SO4 pekat sebanyak 2 gram, masukkan kedalam becker PP 100 ml
2) Mengambil methanol sebanyak 20 ml campurkan kedalam H2 SO4
3) Mengambil minyak goreng bekas sebanyak 200 ml
4) Menambahkan karbon sktif sebanyak 50 gr kedalam minyak goreng bekas
5) Memanaskan minyak goreng bekas
6) Menyaring minyak goreng bekas dengan karbon aktif
7) Mencampukan minyak goreng bekas dengan capuran methanol dengan
H2 SO4
8) Merefluks campuran pada temperature 550C dengan kecepatan pengadukan konstan, 300 – 500 rpm selama 50 – 60 menit
9) Memisahkan metil ester kasar dengan methanol sisa
No.
|
Jenis Analisa
|
Standar
|
1.
|
Kadar Air
|
0,3 %
|
2.
|
FFA
|
0,3 %
|
3.
|
Rancidity
|
10 %
|
4.
|
Kandungan logam
|
Negatif
|
5.
|
Viskositas
|
2,3 – 6,0 mm2/s
|
6.
|
Density
|
0,85 – 0,89 gr/cm
|
0 komentar:
Posting Komentar